Gudang Ilmu

blog ini berisi mengenai materi pelajaran

Perilaku Menyimpang

No comments
Perilaku MenyimpangDalam era globalisasi yang sarat dengan teknologi canggih di mana setiap individu tidak peduli lagi dengan nilai dan norma, perilaku menyimpang mudah ditemukan dalam kehidupan masyarakat. Secara sadar atau tidak sadar kita pernah mengalami atau melakukan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana pun, kapan pun, dan dapat dilakukan oleh siapa pun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan masyarakat.

1. Pengertian Perilaku Menyimpang

Perilaku MenyimpangPernahkah kamu melihat fenomena-fenomena sosial berikut ini? Seorang laki-laki beranting dan berambut gondrong atau orang-orang komunitas punk yang ber- gerombol di pinggir jalan dengan rambut berdiri kaku dan pakaian yang penuh asesoris. Atau sekelompok pelajar rela berkelahi atas nama solidaritas. Begitu juga dengan teman sekelasmu yang menyontek saat ujian. Perilaku-perilaku di atas terasa janggal bukan? Sebagai laki-laki, tidak seharusnya beranting dan berambut gondrong. Sebagai seorang siswa yang baik, tidak perlu menyontek untuk mendapatkan nilai tinggi karena menyontek merupakan suatu pelanggaran terhadap aturan ujian. Semua perilaku- perilaku tersebut merupakan perilaku menyimpang.

Lantas, apakah perilaku menyimpang itu? Menurut  Robert M.Z. Lawang (1985), perilaku menyimpang merupakan semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang. Lebih luas lagi, para ahli berusaha mendefinisikan perilaku menyimpang, seperti James W. van der Zanden (www.e-dukasi.net) mendefinisikan perilaku menyimpang sebagai perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Sedangkan Ronald A. Hardert (1987), perilaku menyimpang adalah setiap tindakan yang melanggar keinginan- keinginan bersama sehingga dianggap menodai kepribadian kelompok yang akhirnya si pelaku dikenai sanksi. Keinginan bersama yang dimaksudkan adalah sistem nilai dan norma yang berlaku.
Selain ketiga tokoh di atas, Hendropuspito (1989) dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Sistematik, mengemukakan bahwa orang atau kelompok yang melakukan perilaku menyimpang tidak berarti mereka melepaskan diri dari segala pola sosial budaya. Dia hanya melawan pola kelakuan tertentu yang hidup dalam masyarakatnya. Disebut melawan karena dalam lingkungan masyarakat itu dia menggunakan kaidah lain yang diambil dari lingkungan masyarakat lainnya.
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok sosial yang tidak sesuai atau melawan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Kaidah yang berlaku di masyarakat tersebut berwujud nilai dan norma yang mengatur perbuatan mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

2. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang

Semakin hari perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat semakin meningkat. Hal ini mendorong banyak ahli meneliti mengenai ciri-ciri perilaku menyimpang di masyarakat. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1996), ciri-ciri perilaku menyimpang sebagai berikut.
a. Suatu perbuatan disebut menyimpang bilamana perbuatan itu dinyatakan sebagai menyimpang.
b. Penyimpangan terjadi sebagai konsekuensi dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap si pelaku menyimpang.
c. Ada perilaku menyimpang yang bisa diterima dan ditolak.
d. Mayoritas orang tidak sepenuhnya menaati peraturan sehingga ada bentuk penyimpangan yang relatif atau tersamar dan ada yang mutlak.
e. Penyimpangan bisa terjadi terhadap budaya ideal dan budaya real. Budaya ideal merupakan tata kelakuan dan kebiasaan yang secara formal disetujui dan diharapkan diikuti oleh anggota masyarakat. Sedangkan budaya real mencakup hal-hal yang betul-betul mereka laksanakan.
f. Apabila ada peraturan hukum yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat banyak orang, biasanya muncul norma penghindaran.

3. Macam-Macam Perilaku Menyimpang

Perkembangan zaman yang semakin maju, mampu memicu pertumbuhan perilaku menyimpang dalam masyarakat. Terlebih dalam era globalisasi saat ini, di mana budaya-budaya Barat masuk tanpa adanya suatu filter yang kuat. Orang dengan sangat mudah menerima hal-hal dari luar walaupun tidak sesuai dengan kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia. Hal inilah yang menjadikan perilaku menyimpang membudaya di masyarakat. Nilai dan norma mulai tidak diindahkan, alhasil muncullah berbagai macam perilaku menyimpang di masyarakat. Macam-macam perilaku menyimpang tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Minuman  Keras (Miras)
Macam-Macam Perilaku MenyimpangAmati gambar di samping. Minuman keras hasil sitaan yang dikumpulkan oleh aparat itu dihancurkan oleh sebuah alat. Mengapa botol-botol berisi minuman keras tersebut harus disita dan dihancurkan? Arak atau minuman keras merupakan minuman beralkohol yang menyebabkan seseorang menjadi mabuk, tidak sadarkan diri, terlena, dan merasa bahagia. Oleh karena itu, ketika seseorang merasa berat menahan beban hidupnya, orang tersebut meneguk minuman ini. Menurutnya, dengan mengonsumsi minuman keras segala permasalahan dan beban hidup menjadi hilang. Namun, biasanya minuman keras mengakibatkan atau menimbulkan hal negatif bagi si peminumnya.

Sering kali kita mendengar atau melihat melalui media massa bahwa berbagai kasus-kasus kejahatan seperti perampokan, pembunuhan, pemalakan, pemerkosaan, dan beberapa kejahatan lainnya, pada mulanya diawali dengan hilangnya akal sehat seseorang akibat mengonsumsi minuman memabukkan. Berbeda apabila seseorang tersebut tinggal di daerah   dingin, minuman keras diyakini mampu menjadi penghangat bagi tubuh- nya. Berbagai bentuk dan macam minuman keras sangat beragam tergantung pada kandungan alkoholnya, seperti wain, bir, wiski, dan lain-lain.

b. Penyalahgunaan Narkotik
Penyalahgunaan NarkotikPeredaran narkotik di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir semakin marak. Berdasarkan penelitian didapat data kejahatan narkoba pada tahun 1999 tercatat 1.833 kasus. Kemudian pada tahun 2003 meningkat menjadi 7.140 kasus. Para pengguna narkotik merajalela di kalangan pemuda, pelajar, dan kaum remaja. Narkotik juga telah merambah kalangan anak sekolah dasar (SD). Terbukti pada tahun 2004 dari 25 juta murid SD seluruh Indonesia ternyata 800 anak telah mengonsumsi narkotik. Sebelumnya, tahun 2003 tercatat 173 siswa berusia 15 tahun menjadi konsumen narkotik (www.pikiran-rakyat.com). Pemakaian obat-obatan narkotik sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan pengaruh buruk baik fisik maupun psikis. Walaupun penggunaan narkotik dan zat adiktif lainnya dalam takaran tertentu memang bermanfaat. Orang menyalahgunakan narkotik memiliki alasan yang beragam, dari sekadar coba-coba, menghilangkan rasa rendah diri, rasa takut, rasa jengkel, rasa malu, sampai dengan pelarian masalah yang sedang dihadapinya. Pada umumnya, seseorang yang memakai atau meminum obat-obatan terlarang dapat menyebabkan mabuk dan menghilangkan kesadaran. Oleh karena itu, banyak kasus kejahatan seperti perampokan, perbuatan asusila, kenakalan remaja, disebabkan pemakaian  obat-obatan terlarang.

c. Perjudian
PerjudianPerjudian telah ada di muka bumi seumur dengan peradaban manusia. Dari zaman para raja-raja terdahulu permainan judi telah dikenal. Sedangkan di dunia Barat perilaku judi sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Keanekaragaman permainan judi dan tekniknya yang sangat mudah membuat perjudian dapat dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia. Perjudian dalam hal ini merupakan kegiatan sosial yang melibat- kan uang (sesuatu yang berharga di mana pemenang memperoleh uang dari yang kalah). Perjudian dalam masyarakat kita dapat dijumpai di berbagai lapisan masyarakat. Bentuk-bentuk perjudian pun beraneka ragam mulai dari yang tradisional seperti perjudian dadu,  sabung  ayam,  permainan  ketangkasan, sampai pada penggunaan teknologi canggih seperti judi melalui telepon genggam atau internet. Walaupun perilaku berjudi memiliki banyak efek samping yang merugikan bagi si penjudi dan keluarganya, namun tetap saja mereka sulit untuk meninggalkan perilaku berjudi jika sudah terlanjur mencobanya.

d. Tawuran  Pelajar
Tawuran  PelajarTawuran pelajar akhir-akhir ini menjadi ciri khas kehidupan pelajar di kota-kota besar. Akibat tawuran pelajar bukan hanya menyangkut kepada yang terlibat saja, namun dapat dipastikan akibat yang ditimbulkan menjadi sangat luas. Sebagian para pelajar berpendapat bahwa dengan tawuran dapat menunjukkan kejantanan dan sportivitas. Umumnya, tawuran diawali dari hal- hal yang sepele bahkan hanya menyangkut dua orang saja dari dua sekolah yang berbeda. Namun, karena alasan solidaritas kelompok, maka konflik menjadi meluas, menjadi antarsekolah. Jika ada yang tidak mau ikut serta dianggap sebagai norak dan tidak solider, tidak jantan, penakut, dan lain sebagainya. Tawuran pelajar sebagai perilaku menyimpang seharusnya mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, karena jika terjadi tawuran, maka nilai-nilai dan norma-norma serta-merta dilanggar. Akibatnya, tawuran pelajar berdampak terhadap perilaku menyimpang lanjutan. Misalnya: merusak, menganiaya, me- nyakiti, dan bahkan membunuh. Tidak jarang yang menjadi korban justru yang tidak terlibat.

e. Perilaku  Seksual  di  Luar  Nikah
Perilaku seksual di luar nikah merupakan perilaku menyim- pang. Naluri seksual memang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi manusia. Dengan naluri seksual, maka eksistensi manusia dapat terus berlangsung karenanya manusia tidak akan punah. Akan tetapi, jika penyaluran naluri seksual tidak meng- indahkan nilai-nilai dan norma yang berlaku, maka yang timbul kemudian adalah kekacauan, atau paling tidak rasa malu yang berlebihan. Agar tidak terjadi kekacauan, maka pernikahan di- perlukan untuk mengaturnya.

Apabila naluri seksual disalurkan di luar pernikahan, dapat menimbulkan berbagai akibat, misalnya penyakit kelamin, rasa malu, keributan, kesulitan menentukan keturunan, dan lain-lain. Sedangkan bagi si pelaku, terutama wanita, umumnya merasa waswas akan masa depannya. Jika sampai hamil di luar nikah, akan mendapat rasa malu dari keluarganya, tetangganya, bahkan masyarakat di sekitarnya. Bencana akibat penyimpangan seksual yang paling menakutkan sampai saat ini yaitu penyakit AIDS. Suatu penyakit yang mengakibatkan hilangnya kekebalan tubuh, yang lambat tetapi pasti akan sampai pada kematian. Perilaku seksual di luar nikah banyak macamnya, di antaranya pelacuran, pemerkosaan, kumpul kebo, dan pelecehan seksual.

No comments :

Post a Comment

Pengaruh Sosialisasi Nilai (Budaya) terhadap Pembentukan Kepribadian

No comments
Pengaruh Sosialisasi Nilai (Budaya) terhadap Pembentukan KepribadianKepribadian tidak akan tumbuh jika seorang individu tidak memiliki pengalaman-pengalaman sosial. Di dalam kelompok sosial seorang individu akan mempelajari berbagai nilai, norma, dan sikap. Dengan mengetahui dari mana lingkungan sosial seseorang berasal, dapat diketahui kepribadian seseorang tersebut. Dengan kata lain, sosialisasi berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Jika proses sosialisasi berlangsung dengan baik, maka akan baik pula kepribadian seseorang. Begitu sebaliknya, jika sosialisasi berlangsung kurang baik, maka kurang baik pula kepribadian seseorang. Misalnya, seorang anak yang berasal dari keluarga yang broken home tentunya si anak mengalami sosialisasi yang kurang baik, akibatnya anak tersebut menjadi nakal. Dengan demikian, proses pembentukan kepribadian dimulai dari proses sosialisasi baik di lingkungan keluarga, teman sepermainan, lingkungan sosial, lingkungan kerja, maupun lingkungan masyarakat luas. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Bagan pengaruh sosialisasi

Dari bagan di atas, kita bisa melihat bahwa kepribadian seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan media massa. Tidak aneh apabila ada anak yang telah dibekali oleh orang tuanya dengan beragam nilai dan norma, menjadi berantakan karena bergaul dengan lingkungan yang tidak sehat. Apalagi di era globalisasi ditandai dengan pergaulan bebas. Nilai dan norma yang telah ditanamkan oleh kedua orang tua seakan-akan menjadi absurd dan ketinggalan zaman. Benarkah?

Selain itu, kepribadian seseorang dipengaruhi pula oleh kebudaya- an yang berlaku di lingkungan sekitar. Kebudayaan merupakan pola- pola tindakan yang sering diulang-ulang yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan ini digunakan untuk memberikan arah kepada individu ataupun kelompok, bagaimana seharusnya ia berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain bahkan, telah menjadi tuntutan masyarakat di mana pun dan dalam kurun waktu kapan pun. Oleh karena itu, kebiasaan-kebiasaan melekat dalam diri masyarakat,  diperkenalkan  dan  dipelajari  oleh individu-indivitu secara terus-menerus.

kebudayaan
Dalam proses yang panjang inilah, kepribadian terbentuk seiring dan sesuai dengan kebudayaan setempat. Oleh karena itu, kebudayaan antarsatu daerah dengan daerah lain berbeda, maka dapat dipastikan kepribadian dari dua kebudayaan tersebut berbeda pula. Misalnya, seorang yang berasal dari suku Jawa  tentu  memiliki kepribadian  yang  berbeda dengan seorang yang berasal dari suku Batak. Orang yang berasal dari suku Jawa terkesan lebih halus dan lembut. Namun, orang Batak terkesan tegas dan keras. Perbedaan ini menunjukkan adanya pengaruh kebudayaan terhadap pem- bentukan kepribadian seseorang.


No comments :

Post a Comment

Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian

No comments
Faktor-Faktor Pembentuk KepribadianPada dasarnya, kepribadian diartikan sebagai suatu kebiasaan dan sikap yang bersifat tetap serta menjadi karakteristik dalam diri seseorang. Kepribadian menentukan bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bertindak dalam kehidupan sehari-harinya. Sedangkan menurut Koentjaraningrat, kepribadian adalah beberapa ciri watak yang diperlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda dengan orang lain. Adanya kepribadian dalam diri sese- orang tidaklah semata-mata diperoleh sejak lahir, namun lingkungan sosial ikut berperan dalam pembentukannya. 

Dalam hal ini, kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi di mana individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit, bagaimana bertingkah laku dan mengenal kebudayaan masyarakat. Misalnya, anak belajar bergaul, menghormati orang tuanya, meng- hormati hak milik orang lain, berlaku jujur, rajin beribadah, dan lain- lain.

George Herbert Mead menyatakan bahwa kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang  secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat. Mead mengemukakan pengembangan diri atau kepribadian seseorang berlangsung melalui beberapa tahap sebagai berikut.

Imitation  Stage  (Tahap  Peniruan)1. Imitation  Stage  (Tahap  Peniruan)
Tahap ini merupakan tahap permulaan di mana seorang bayi menanggapi orang lain hanya sebagai bentuk imitasi atau peniruan. Mereka mengikuti perilaku- perilaku tertentu tanpa mengetahui maksud perilaku tersebut. Mereka belum mampu menggunakan simbol- simbol sehingga Mead menyimpulkan bahwa pada tahap ini seorang bayi belum memiliki   diri.

2. Play  Stage  (Tahap Bermain)
Pada tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berada di sekitarnya. Misalnya, menirukan peranan yang dijalankan orang tuanya atau orang dewasa lain yang sering berinteraksi dengannya, seperti kakak, nenek, polisi, dokter, sopir, dan  lain-lain.

Game  Stage  (Tahap  Bermain Peran)3. Game  Stage  (Tahap  Bermain Peran)
Pada tahap ini, seorang anak mengetahui peran yang harus dijalankan bahkan mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain. Hal ini terlihat pada seorang anak yang tengah bermain kasti. Anak tersebut tahu peranannya sendiri dalam permainan, misalnya sebagai pelempar bola. Ia mengetahui pula bagaimana peranan temannya yang menjadi pemukul bola, penangkap bola, pemain tengah atau pemain belakang.

4. Generalized Others (Tahap Umum Lainnya)
Pada tahap ketiga ini, seorang anak telah mampu mengambil peranan yang ada di dalam masyarakat. Ia mampu berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami peranannya sendiri serta peran orang lain yang menjadi mitra interaksinya. Contoh: sebagai se- orang siswa, ia mengetahui peranan gurunya atau sebagai seorang cucu, ia pun memahami peranan  neneknya.

Setiap individu satu dengan individu lainnya memiliki kepribadi- an yang berbeda-beda dan khas. Walaupun ada beberapa kepribadian yang tampak sama, namun secara keseluruhan mereka berbeda pula. Lalu, bagaimana dengan anak kembar? Perbedaan ini pun berlaku pada anak kembar. Walaupun secara fisik mereka tampak sama, namun sifat- sifat khas dalam dirinya  berbeda.

Perbedaan kepribadian terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain warisan biologis, lingkungan alam, dan lingkungan sosial. Warisan biologis biasanya berupa bawaan dari ayah, ibu, nenek, dan kakek. Pengaruh ini tampak pada inteligensi dan kematangan fisik. Seperti ciri-ciri fisik, tingkat IQ, bakat seseorang, dan sifat-sifat khas yang diturunkan oleh orang tuanya. Namun, warisan biologis mempunyai potensi untuk berkembang yang dipengaruhi oleh pengalaman sosialnya. Misalnya, seorang yang berbakat bermain musik. Didukung dengan rasa cinta terhadap musik dan latihan keras, ia berhasil menjadi seorang pemetik gitar yang hebat. Perbedaan kepribadian dapat pula disebabkan oleh faktor lingkungan alam. Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Oleh karena itu, kepribadian orang yang hidup di daerah kutub berbeda dengan kepribadian orang yang tinggal di daerah tropis atau kepribadian penduduk yang tinggal di daerah pegunungan, serta kepribadian orang Indonesia tentu berbeda dengan kepribadian  orang Amerika.
Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian
Selain kedua hal di atas, kelompok tempat bergabung pun dapat memengaruhi kepribadian seseorang, seperti lingkungan keluarga, sekolah, kerja, dan masyarakat luas. Hal ini disebabkan setiap kelompok mempunyai nilai dan norma yang disosialisasi secara terus-menerus oleh anggotanya. Oleh karenanya, sebagian besar kepribadian seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.    Misal-nya, kepribadian seorang tukang becak tentu berbeda dengan kepribadian seorang guru atau kepribadian anak rumahan berbeda dengan kepribadian anak jalanan.

No comments :

Post a Comment

Proses Sosialisasi

No comments
Proses SosialisasiProses SosialisasiPada dasarnya, setiap manusia melakukan proses sosialisasi dari lahir hingga meninggalnya. Manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa mempunyai kecenderung- an untuk hidup bersama dalam suatu bentuk pergaulan hidup yang disebut masyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat, manusia dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya melalui suatu proses. Proses penyesuaian diri terhadap masyarakat dalam sosiologi dinamakan proses sosialisasi. Melalui proses ini, secara lambat laun kepribadian seseorang terbentuk. Dengan kata lain, baik buruknya kepribadian seseorang ditentukan oleh proses sosialisasi yang dialami individu tersebut.

1. Pengertian Sosialisasi

Pengertian SosialisasiSecara umum, sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar yang dilakukan oleh seseorang (individu) untuk berbuat atau bertingkah laku berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. Melalui proses ini seseorang kemudian mengadopsi kebiasaan, sikap, dan ide-ide orang lain kemudian seseorang memercayai dan mengakui sebagai milik pribadi. Dalam arti sempit, proses sosialisasi diartikan sebagai proses pembelajaran seseorang mengenal  lingkungan  sekitarnya  baik itu  lingkungan  fisik maupun lingkungan sosial. Pengenalan ini dilakukan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang akan membekali dirinya dalam pergaulan yang lebih luas. Sedangkan dalam arti luas, proses sosialisasi diartikan sebagai proses interaksi dan pembelajaran seseorang mulai dari lahir hingga meninggalnya dalam suatu kebudayaan masyarakat. Dalam hal ini, bayi yang baru lahir pun akan melakukan sosialisasi. Seorang bayi mula-mula mengenal lingkungan sosialnya, yaitu lingkungan yang paling dekat yaitu keluarga dan kerabatnya. Seiring dengan berjalannya waktu pengenalan ini akan meluas ke lingkungan masyarakat seperti lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat sosial, lingkungan kerja, dan   lain-lain.
Keberhasilan seseorang dalam proses sosialisasi terlihat ketika seseorang tersebut mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, sosialisasi adalah suatu proses di mana individu mulai menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur kebudayaan (adat istiadat, perilaku, bahasa, dan kebiasaan-kebiasaan) masyarakat, yang dimulai dari lingkungan keluarganya dan kemudian meluas pada masyarakat luas, lambat laun dengan keberhasilan penerimaan atau penyesuaian tersebut, maka individu akan merasa menjadi bagian dari keluarga atau masyarakat.

Menurut pendapat Soejono Dirdjosisworo (1985), sosialisasi mengandung tiga pengertian penting, yaitu:
a. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi yang mana individu menahan, mengubah impuls- impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya.
b. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan tingkah laku di dalam masyarakat di mana ia   hidup.
c. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan dalam  diri pribadinya.

Sedangkan Charlotte Buhler (sebagaimana dikutip Anis da Rato: 1988) memberikan pengertian sosialisasi sebagai proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam  kelompoknya.

Berdasarkan deskripsi di atas, dapat diketahui bahwa proses sosialisasi merupakan hasil interaksi antarmanusia. Selama manusia masih berinteraksi, maka proses sosialisasi masih berlangsung. Dengan berinteraksi dalam proses sosialisasi, individu memperoleh hasil sebagai berikut.
a. Individu mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan masyarakat.
b. Individu menyadari keberadaan  dirinya.
c. Individu mampu menjadi anggota masyarakat yang baik.

2.Proses Terjadinya Sosialisasi

Sosialisasi dapat terjadi secara langsung bertatap muka dalam pergaulan sehari-hari, dapat juga terjadi secara tidak langsung melalui telepon, surat atau melalui media massa. Sosialisasi dapat berjalan lancar jika seseorang tersebut sadar mensosialisasi kebudayaan suatu masyarakat. Namun, sosialisasi dapat pula terjadi secara paksa, kejam, dan kasar karena adanya kepentingan tertentu. Misalnya, segolongan atau se- kelompok tertentu memaksakan kehendaknya terhadap individu  lain.
Proses Terjadinya SosialisasiKeadaan lingkungan di mana individu berada berperan penting dalam proses sosialisasi. Keadaan lingkungan menyebabkan individu mengaktualisasi dirinya untuk memperoleh sikap dan pola tingkah laku yang sesuai dengan masyarakat. Oleh karena itu, individu melakukan sosialisasi untuk mempelajari pola kebudayaan yang mendasar seperti bahasa, cara berjalan, cara makan, dan lain-lain.
Sosialisasi dapat pula terjadi melalui interaksi dan komunikasi. Melalui komunikasi, seseorang memperoleh pengalaman-pengalaman hidup, kebiasaan-kebiasaan yang menjadi bekal pergaulan di masyarakat luas. Selain itu, komunikasi dapat pula melalui media massa seperti surat kabar, majalah, buletin, dan tabloid. Dengan memperoleh informasi dari media massa, individu akan belajar nilai dan norma secara umum yang mampu menghasilkan tingkah laku yang diharapkan masyarakat.

3.Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses sosialisasi

Pada intinya, setiap manusia melakukan proses sosialisasi tanpa terkecuali. Terlebih kita sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain, menuntut kita untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar melalui sosialisasi. Secara tidak langsung, proses sosialisasi mampu membentuk kepribadian individu. Menurut F.G. Robins (sebagaimana dikutip Arif Rohman dkk.; 2003), terdapat lima faktor yang memengaruhi perkembangan kepribadian manusia sebagai hasil sosialisasi. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. sifat dasar,
b. lingkungan prenatal,
c. perbedaan  perorangan,
d. lingkungan,  dan
e. motivasi.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses sosialisasiSifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang diwarisi seseorang dari ayah dan ibunya. Sifat dasar ini berupa karakter, watak serta sifat emosional. Sifat dasar dalam diri seseorang terbentuk melalui proses pembuahan. Proses di mana sel jantan dan sel betina bertemu sehingga membentuk embrio yang mewarisi sifat-sifat ayah dan ibu. Sel telur yang dibuahi berkembang menjadi embrio dan berada dalam rahim ibu untuk beberapa waktu. Lingkungan inilah yang disebut lingkungan prenatal. Pada masa ini, seseorang mendapat pengaruh-pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari sang ibu. Pengaruh-pengaruh langsung misalnya, ibu hamil mengonsumsi susu dengan maksud  untuk  mencerdaskan  otak  bayi  atau mengajak komunikasi sang bayi saat berada dalam kandungan. Sedangkan pengaruh-pengaruh tidak langsung secara sederhana dapat berupa penyakit sang ibu yang dapat memengaruhi sang bayi, gangguan endoktrin yang mampu memengaruhi keterbelakangan dan emosional bayi, penyakit bawaan karena faktor keturunan serta shock pada saat kelahiran.
Perbedaan perorangan dimiliki setiap manusia, artinya satu orang dengan orang lainnya tidak ada yang sama, misalnya: ciri-ciri fisik  (bentuk badan, warna kulit, warna mata, bentuk rambut, dan lain- lain), ciri-ciri mental, emosional personal dan    sosial.
Lingkungan yang dimaksud yaitu kondisi di sekitar individu baik lingkungan alam, kebudayaan, dan masyarakat yang dapat me- mengaruhi proses sosialisasi. Kondisi lingkungan tidak menentukan dalam proses sosialisasi, namun dapat memengaruhi dan membatasi proses sosialisasi.
Motivasi merupakan kekuatan-kekuatan dalam diri individu yang menggerakkan individu untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dorongan dan kebutuhan. Dorongan adalah keadaan yang tidak seimbang bagi individu karena pengaruh baik dari dalam maupun dari luar, sehingga memengaruhi individu untuk bergerak mencapai keseimbangan kembali. Sedangkan kebutuhan adalah dorongan yang telah terpola baik secara personal, sosial,  maupun kebudayaan.

4.Media Sosialisasi

Telah kita ketahui bersama bahwa sosialisasi merupakan suatu proses yang berkaitan erat dengan proses belajar berinteraksi dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, sosialisasi berlangsung begitu saja, namun terjadinya proses sosialisasi melalui suatu perantara. Dengan adanya perantara-perantara ini, menjadikan proses sosialisasi berjalan lancar. Perantara sosialisasi inilah yang dikenal sebagai media sosialisasi. Melalui media sosialisasi, seseorang mengenal dunia sosial dan masyarakat. Adapun media-media sosialisasi tersebut antara  lain  sebagai berikut.
a. Keluarga
Media SosialisasiAmati gambar di samping. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama seorang anak belajar hidup sosial. Hal ini dikarenakan, anak mulai bergaul untuk pertama dalam lingkungan keluarganya sendiri dan mengenal lingkungan sekitarnya dimulai dari lingkungan keluarga sendiri. Di dalam keluarga, seorang anak akan mengenal bapak, ibu, kakak, bibi, paman, tetangga, teman sebayanya bahkan mengenal dirinya sendiri sehingga ia dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Oleh karenanya, pemeran utama dalam proses sosialisasi dalam media ini adalah orang tua. Pada umumnya, orang tua akan mencurahkan perhatian mereka untuk mendidik anak agar memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik, penanaman disiplin, kebebasan, serta keserasian terhadap semua pola tersebut.


b. Sekolah
Media SosialisasiApa yang kamu dapatkan selama belajar di sekolah? Sebagai agen sosialisasi, sekolah membentuk pola pikir dan perilaku secara luas. Individu akan diberi kemampuan berpikir, bekal ilmu pengetahuan, dan kemampuan untuk hidup dalam suasana sosial yang lebih luas. Sekolah akan memberi pengetahuan kepada individu tentang kehidupan sosial budayanya serta   peranannya dalam masyarakat. Selain itu, sekolah juga memberikan pandangan yang lebih konkret tentang nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan yang ada, berikut menjadi media penyaluran pewarisan nilai-nilai dan sikap masyarakat. Selain itu, sekolah juga mempunyai peranan penting terhadap pembentukan nilai-nilai dan aturan yang ada dalam masyarakat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua fungsi penting sekolah dalam proses sosialisasi,  yaitu:
1) Memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan daya intelek- tual, agar siswa dapat hidup layak dalam masya- rakat.
2) Membentuk kepribadian siswa agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.

c. Kelompok Pergaulan
Media SosialisasiCoba ingat kembali masa kecilmu. Saat itu kamu mempunyai banyak teman dalam satu kelompok bermain. Dalam hal ini, kelompok pergaulan berupa kelompok bermain, kelompok persahabatan, dan ke- lompok kerja, di mana setiap anggota memiliki ke- dudukan dan peran yang relatif sama serta ikatan yang erat.
Dalam interaksi biasanya setiap anggota mulai meniru pola-pola tingkah laku kelompok. Individu mulai mengubah pola-pola perilakunya disesuaikan dengan pola perilaku kelompok tersebut. Dengan maksud supaya ia tetap diterima oleh kelompoknya.
 
Kelompok ini menjadi penting dalam sosialisasi karena dalam kelompok seperti ini anak atau remaja dapat mempelajari bagaimana berinteraksi dengan orang lain tanpa pengawasan langsung dari orang tua, guru, atau orang-orang terhormat lainnya. Pada usia remaja, kelompok pergaulan berbentuk kelompok persahabatan yang lebih luas. Perkembangan selanjutnya, dapat menuju ke terbentuknya sebuah geng atau klik. Geng adalah kelompok sosial yang memiliki kegemaran melanggar norma dan menerjang nilai-nilai yang baku, misalnya berkelahi, membuat  keributan,  merusak  fasilitas  umum,  dan  lain-lain.
Sedangkan klik adalah kelompok kecil tanpa struktur formal yang mempunyai pandangan atau kepentingan bersama.

d. Media Massa
Media SosialisasiCoba catat berapa banyak kamu menonton tayangan televisi dalam sehari. Lalu, identifikasi apa saja yang kamu tirukan dari tayangan tersebut. Mungkin model baju, cara bicara atau gaya-gaya hidup yang lain. Me- dia massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, film, dan lain-lain dapat memberikan model peranan jati dirinya.
Namun di lain pihak, media massa dapat pula mengubah perilaku masyarakat. Iklan-iklan yang ditayangkan media cetak dan elektronik mempunyai potensi untuk mengubah pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat. Media massa dapat pula dipergunakan untuk memengaruhi bahkan mengubah pendapat umum.

5. Macam-Macam Sosialisasi

Proses sosialisasi dilakukan oleh setiap individu sejak ia lahir di muka bumi. Bahkan, seorang bayi yang baru lahir melakukan sosialisasi, belajar membuka mata untuk melihat dunia, belajar memegang sesuatu dan belajar merasakan sesuatu. Bersamaan dengan berjalannya  waktu,  pembelajaran  bayi  mengenai  dunia terus berlangsung. Belajar berjalan, belajar berbicara, belajar makan, belajar mengenal sesuatu. Pada intinya, sosialisasi tidak mungkin terhenti selama individu tersebut masih hidup. Berdasarkan tahapannya, sosialisasi dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu sosialisasi primer dan sekunder (Mayor Polak: 1979).

a. Sosialisasi  Primer
Sosialisasi  Primer
Sosialisasi primer terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun. Pada saat sosialisasi primer, seseorang akan dapat mengenal lingkungan terdekatnya, misalnya ibu, bapak, kakak, adik, paman, bibi, nenek, kakek, teman sebaya, tetangganya, dan bahkan dirinya sendiri. Dengan demikian, proses sosialisasi primer adalah proses sosialisasi di lingkungan keluarga. Pada proses ini, seorang anak akan melakukan pengenalan akan dirinya sendiri, yang pada akhirnya si anak akan me- miliki jati diri yang berbeda dengan orang  lain.
 



b. Sosialisasi  Sekunder
Sosialisasi  SekunderSosialisasi sekunder terjadi setelah sosialisasi primer berlangsung, namun sosialisasi primer merupakan dasar dari sosialisasi sekunder. Sosialisasi ini berlangsung di luar keluarga. Dalam proses sosialisasi sekunder, anak akan mendapat berbagai pengalaman yang berbeda dengan keluarga. Jika dalam sosialisasi primer yang berperan adalah orang tua dan keluarga dekatnya, maka dalam sosialisasi sekunder yang berperan adalah orang lain seperti teman sepermainan, teman sekolah, dan teman sebaya. Hal ini terlihat setelah anak berumur lebih dari 5 tahun, anak akan memperluas pergaulan. Ia mulai mengenal guru di sekolahnya, teman bermain, tetangganya, dan lain-lain

No comments :

Post a Comment

Pengertian Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial

No comments
Pengertian Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial - Interaksi sosial dan dinamika sosial merupakan kata kunci yang akan kita pelajari pada materi ini. Adanya interaksi dan dinamika sosial mempunyai hubungan satu sama lain. Tanpa adanya interaksi sosial, dinamika kehidupan sosial tidak dapat terjadi. Lantas, yang menjadi pertanyaan apa interaksi dan dinamika sosial itu?

1.Interaksi Sosial

Interaksi SosialAmati gambar di samping. Apa yang dilakukan oleh anak-anak itu? Ya, anak-anak itu tengah bermain catur. Apakah anak-anak itu hanya berdiam diri saat memainkan bidak-bidak catur? Lihat sekali lagi, mereka tampak saling bertukar pikiran, adu strategi, dan berkomunikasi. Dengan kata lain mereka saling berinteraksi.
Interaksi sosial selalu dilakukan oleh setiap individu dalam bermasyarakat. Hal ini dikarenakan kondisi manusia yang terbatas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Interaksi sosial adalah hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu dengan individu, individu  dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Melalui interaksi akan terjadi perubahan-perubahan yang memungkinkan terbentuknya hal- hal baru sehingga dinamika masyarakat menjadi hidup dan dinamis. Oleh karena itu, interaksi sosial merupakan dasar terbentuknya dinamika sosial yang ada di masyarakat.

2.Dinamika Sosial

Dinamika SosialDalam sosiologi, dinamika sosial diartikan sebagai keseluruhan perubahan dari seluruh komponen masyarakat dari waktu ke waktu. Keterkaitannya dengan interaksi adalah interaksi mendorong terbentuknya suatu gerak keseluruhan antara komponen masyarakat yang akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat baik secara progresif ataupun retrogresif. Wujud konkret dari dinamika sosial antara lain perubahan jumlah penduduk, perubahan kualitas penduduk, perubahan struktur pemerintahan, perubahan mata pencaharian, perubahan komposisi penduduk, dan lain-lain.

No comments :

Post a Comment

Pelanggaran Nilai dan Norma Sosial beserta Solusinya

No comments
Pelanggaran Nilai dan Norma Sosial beserta Solusinya - Sebagaimana diungkapkan di awal pembelajaran bahwa nilai merupakan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Sedangkan norma merupakan aturan-aturan yang digunakan untuk menciptakan nilai tersebut. Sebagai aturan sosial, norma memiliki sanksi yang tegas dan mengikat guna memaksa masyarakat untuk menaatinya. Namun, pada kenyataannya tidak sedikit pelanggaran nilai dan norma terjadi setiap hari. Lihat saja, banyaknya pelanggar-pelanggar lalu lintas, meningkatnya aksi kejahatan, adanya perkelahian pelajar, hingga penyalahgunaan narkoba. Keadaan ini menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat akan nilai dan norma sosial. Lantas, bagaimana solusi terbaik untuk memecahkan masalah ini? Pertanyaan inilah yang akan kita kaji pada materi  ini.


1. Pelanggaran Nilai dan Norma 

Pelanggaran Nilai dan NormaPada dasarnya, segala perilaku yang melanggar norma dinamakan penyimpangan norma. Penyimpangan norma sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Cobalah bersama teman sebangkumu menemukan minimal lima contoh pelanggaran norma yang terjadi di sekitarmu. Dengan contoh-contoh tersebut dapat diketahui seberapa besar individu di sekitarmu memandang nilai dan norma sebagai pedoman hidup

Secara umum, pelanggaran norma dapat terjadi di mana pun tempatnya tanpa terkecuali. Terjadinya pelanggaran norma disebabkan karena sikap apatis masyarakat dalam melaksanakan nilai dan norma masyarakat. Sehingga wibawa nilai dan norma sebagai pedoman tingkah laku menjadi memudar. Alhasil timbullah perilaku yang melanggar norma.

Menurut Robert M.Z. Lawang (1985), perilaku pelanggaran norma dibedakan menjadi empat macam,  yaitu:

a.Pelanggaran nilai dan norma yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan, misalnya: pemukulan, pemerkosaan, penodongan, dan lain-lain.

b.Pelanggaran nilai dan norma yang berupa penyimpangan seksual, yaitu perzinahan, homoseksualitas, dan pelacuran.

c.Bentuk-bentuk konsumsi yang sangat berlebihan, misalnya alkohol, candu, morfin, dan lain-lain.

d.Gaya hidup yang lain dari yang lain, misalnya penjudi profesional, geng-geng, dan lain-lain.

Sebagaimana telah diungkapkan di depan, bahwa adanya norma secara singkat selalu muncul untuk mempertahankan atau memelihara nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap norma berarti juga pelanggaran terhadap nilai- nilai yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat.

2.Solusi Pelanggaran Norma 

Apabila kita berbicara tentang pelanggaran norma, secara otomatis kita akan berbicara tentang solusi yang tepat bagi pelanggaran norma tersebut. Sebagaimana kita ketahui bersama, dewasa ini pelanggaran norma kerap terjadi. Sebagai generasi yang peduli situasi bangsa, cobalah temukan satu contoh solusi tepat dalam mengatasi pelanggaran norma yang terjadi di sekolahmu pada khususnya dan masyarakat sekitarmu pada umumnya.

pengendalian sosialDalam Sosiologi, solusi tepat dalam menangani pelanggaran norma menggunakan pengendalian sosial. Lantas, apa yang dimaksud dengan pengendalian sosial itu? Seorang ahli sosial yang bernama Peter L. Berger (1978) mengartikan pengendalian sosial adalah cara- cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang. Sedangkan menurut Roucek (1965), pengendalian sosial mengacu pada proses terencana di mana individu dianjurkan, dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok. Dengan demikian, pengendalian sosial adalah cara dan proses pengawasan yang direncanakan atau tidak direncanakan, guna mengajak, mendidik, serta memaksa warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan norma sosial.

Selain melalui pengendalian sosial, seorang ahli sosial bernama Koentjaraningrat mengemukakan pula beberapa usaha agar masyarakat menaati aturan-aturan yang ada, seperti:

a.Mempertebal keyakinan para anggota masyarakat akan kebaikan adat istiadat yang ada. Jika warga yakin pada kelebihan yang terkandung dalam aturan sosial yang berlaku, maka dengan rela warga akan mematuhi aturan  itu.

pemberian hukumanb.Memberi ganjaran kepada warga masyarakat yang biasa taat. Pemberian ganjaran melambangkan penghargaan atas tindakan yang dilakukan individu. Hal ini memotivasi individu untuk tidak mengulangi tindakan tersebut.

c.Mengembangkan rasa malu dalam jiwa masyarakat yang menyeleweng dari adat istiadat. Individu yang menyimpang dari aturan dihukum agar jera dan tidak mengulangi kembali.

d.Mengembangkan rasa takut dalam jiwa warga masyarakat yang hendak menyeleweng dari adat istiadat dengan berbagai ancaman dan kekuasaan. Rasa takut itu mencegah individu untuk melakukan pelanggaran aturan.


No comments :

Post a Comment

Peran Nilai dan Norma Sosial

No comments
Peran Nilai dan Norma Sosial - Kamu telah mampu mengidentifikasi dan menjelaskan nilai dan norma sosial. Coba renungkanlah apa yang terjadi jika tidak ada norma dan nilai? Kehidupan masyarakat menjadi tidak teratur, orang mulai bertindak sesuka hatinya, tanpa memedulikan kepentingan orang lain. Orang yang berkuasa dan mempunyai kekuatan akan menjadi semakin kuat, sedangkan orang yang lemah akan semakin tertindas. Terjadi ketidakjelasan antara mana yang baik dan buruk sehingga segala sesuatu yang dilakukan hanya dipandang dari sudut si pelaku tindakan. Situasi ini mendorong munculnya anomic society.

Oleh karena itulah, norma serta nilai sosial dibentuk dan disepakati bersama. Tidak dapat dimungkiri bahwa nilai dan norma dijadikan sebagai pelindung dari tindakan destruktif orang lain terhadap diri. Secara umum, adanya nilai dan norma membentuk keadaan masyarakat yang teratur serta harmonis.

Secara garis besar, nilai dan norma sosial memiliki peranan yang berarti bagi individu anggota suatu masyarakat maupun masyarakat secara keseluruhan. Peran-peran tersebut antara lain:

1.Sebagai Petunjuk Arah (Orientasi) Bersikap dan Bertindak 
Nilai dan norma sosial berfungsi sebagai petunjuk arah dalam bersikap dan bertindak. Ini berarti nilai dan norma telah melekat pada diri individu atau masyarakat sebagai suatu petunjuk perilaku yang diyakini kebenarannya. Misalnya, sebagai seorang kepala RT, Pak Jaya memegang teguh nilai kejujuran. Setiap tindakan dan tutur katanya mencerminkan kejujuran. Suatu saat  ia mengetahui bahwa salah satu teman sekerjanya menyeleweng- kan dana pemerintah untuk kepentingan sendiri, tanpa ragu-ragu ia menegurnya dan meminta untuk tidak mengulanginya. Dari sinilah terlihat adanya nilai dan norma menjadi petunjuk arah bersikap dan bertindak seseorang. Nilai kejujuran yang dipegang oleh Pak Jaya membatasinya untuk bersikap dan bertingkah laku sama seperti teman sekerjanya walaupun hal itu menguntungkan. Sikap dan tindakan Pak Jaya selanjutnya dapat dicontoh oleh warga masyarakat yang lain dalam berbagai segi kehidupan. Dengan demikian, warga masyarakat akan berperilaku sebagaimana yang diinginkan oleh sistem nilai dan    norma.

2.Sebagai Pemandu dan Pengontrol bagi Sikap dan Tindakan Manusia
Selain sebagai petunjuk arah bagi manusia untuk bersikap dan bertindak, nilai dan norma sosial juga berfungsi sebagai pemandu dan pengontrol sikap dan tindakan manusia. Melalui nilai dan norma inilah, setiap individu dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Dengan acuan ini pula sikap dan tindakan manusia dapat dikontrol, apakah sudah sesuai atau telah menyimpang dari nilai.

Sebagai Pendorong Sikap dan Tindakan Manusia3.Sebagai Pendorong Sikap dan Tindakan Manusia Nilai dan norma sosial dapat pula berfungsi sebagai alat pendorong (motivator) seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan nilai. Selain itu, mampu pula menuntun orang untuk bersikap baik. Hal ini disebab- kan nilai sosial yang baik memunculkan harapan dalam diri seseorang. Sebagai contohnya, Pak Uli adalah seorang pengrajin yang berhasil. Dahulu ia hanyalah seorang pengrajin biasa. Karena tekad dan kerja keras serta jiwa pantang menyerah yang ia miliki, ia mampu menjadi pengrajin yang berhasil. Keberhasilan dalam usaha mendorong rekan-rekan sekerjanya melakukan hal yang sama. Memegang nilai-nilai dan norma yang sama dengan harapan mampu mencapai sebuah keberhasilan yang sama pula.

4.Sebagai Benteng Perlindungan bagi Keberadaan Masyarakat 
Sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan di atas, bahwa adanya nilai dan norma dalam suatu tatanan pergaulan merupa- kan pelindung terhadap perilaku-perilaku yang menyimpang. Terutama bagi pihak-pihak yang lemah. Tanpa adanya nilai dan norma dalam masyarakat, terkadang kepentingan-kepentingan pihak lemah akan dirampas secara paksa oleh pihak-pihak yang kuat. Oleh karena itu, nilai dan norma berfungsi sebagai benteng perlindungan.

5.Sebagai Alat Pemersatu  Anggota  Masyarakat
Peran nilai dan norma sosialDengan adanya nilai dan norma yang sama dalam suatu masyarakat, maka antara satu anggota dengan anggota yang lain mempunyai hubungan yang erat. Hal ini berarti, semakin kuat pemahaman dan penghayatan nilai sosial oleh para anggotanya, semakin kuat pula ikatan dalam suatu kelompok. Lihat saja di lingkungan sekitarmu! Adakah kelompok-kelompok yang kamu temukan? Sebagai contohnya, kelompok orang-orang yang menjunjung tinggi nilai kejujuran pada saat ujian, kelompok orang- orang yang menjunjung tinggi nilai keorganisasian, dan lain-lain. Di antara setiap anggota tersebut memiliki ikatan yang erat satu sama lain.


No comments :

Post a Comment

Macam-Macam Norma Sosial

No comments
Macam-Macam Norma Sosial - Kamu telah mampu memahami norma sosial yang ada dalam masyarakat. Cobalah berhenti sejenak, arahkan pikiranmu pada lingkungan sekitar. Dapatkah kamu menemukan norma-norma sosial? Ada begitu banyak norma sosial dalam masyarakat. Selama masyarakat masih ada maka norma sosial pun masih tetap bertahan. Norma sosial berlaku kepada siapa pun dan kapan pun tanpa mengenal usia dan status sosial. Norma sosial dapat berlaku pada lingkungan pergaulan formal atau pergaulan nonformal. Lingkungan pergaulan formal dalam hal ini berarti lingkungan pemerintahan, sedangkan pergaulan nonformal seperti lingkungan keluarga, kerabat, teman sepermainan, dan lain-lain. Di antara kedua tempat tersebut memiliki kekuatan sanksi yang berbeda-beda. Oleh karenanya, apabila dilihat dari keformalan, serta kekuatan sanksinya, norma dibedakan menjadi dua macam yaitu norma resmi dan utama.

Norma resmi dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu norma resmi dan tidak resmi. Norma resmi merupakan patokan yang di- rumuskan dan diwajibkan dengan jelas serta tegas oleh yang berwenang kepada semua warga masyarakat. Misalnya, hubungan tata kerja kedinasan di Departemen Kehakiman. Norma tersebut berbeda dengan norma pergaulan dalam keluarga dan kerabat. Hal ini disebabkan norma keluarga merupakan norma tidak resmi. Norma tersebut tumbuh dari kebiasaan bertindak yang seragam kemudian diterima oleh masyarakat sebagai suatu aturan yang ditaati. Walaupun tidak diwajibkan namun setiap warga memiliki kesadaran untuk menaati norma tersebut.

Selain norma resmi, terdapat pula norma utama yang mempunyai peranan sangat besar dalam tata pergaulan dalam masyarakat. Norma agama, kesusilaan, kesopanan, kebiasaan, adat dan hukum merupakan wujud dari norma utama.

a.Norma Agama
Norma agama
Pernahkah kamu mendengar istilah ”dosa”? Di lingkungan mana kamu mendengar istilah ini? Tentu di lingkungan agama. Ketika kita mendengarkan ceramah dari seorang ustaz atau pendeta, istilah ini tidak jarang diucapkan oleh mereka. Dosa merupakan sanksi bagi pelanggar norma agama. Lantas, apa itu norma agama?

Norma agama merupakan wahyu langsung dari Tuhan dan biasanya tertulis dalam kitab suci. Dalam norma ini tidak terdapat sanksi tegas bagi pelanggarnya. Hanya orang-orang beragama yang percaya bahwa bagi pelanggarnya akan mendapat hukuman di akhirat. Dengan kata lain, norma agama lebih menekankan pada kepatuhan masing-masing individu terhadap agamanya.

b.Norma  Kesusilaan  (Mores)
Norma kesusilaan atau mores merupakan suatu aturan yang berasal dari hati nurani individu mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Norma kesusilaan atau mores berkaitan erat dengan keyakinan seseorang terhadap agamanya. Bagi pelanggar norma ini biasanya mengalami pertentangan dalam dirinya sendiri. Hal ini disebabkan pembuat aturan adalah individu sendiri. Sebagai contohnya, sepasang suami istri berpelukan dan bermesraan di depan umum dianggap bertentangan dengan norma kesusilaan.

c.Norma Adat
Norma adatNorma adat merupakan kebiasaan-kebiasaan yang telah menyatu dengan tata kehidupan masyarakat serta mengandung nilai-nilai ritual yang diyakini dinamakan norma adat. Contoh: upacara kematian, pernikahan, dan lain-lain.

d.Norma Kebiasaan
Norma kebiasaan merupakan kumpulan petunjuk hidup mengenai perilaku yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan masyarakat. Contoh: membawa oleh-oleh ketika pulang dari bepergian.

e.Norma Kesopanan
Norma kesopanan merupakan aturan yang mengajarkan agar seseorang bersikap sopan terhadap orang lain sebagai anggota masyarakat. Contoh: meludah di sembarang tempat, memasuki rumah orang lain hendaknya permisi terlebih dahulu.

f.Norma  Hukum
Norma hukum
Norma hukum merupakan aturan-aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang dibuat oleh pemerintah. Norma hukum meng- atur, melarang, serta memaksa orang untuk berperilaku sesuai dengan yang diterapkan oleh hukum dan undang-undang. Norma ini berfungsi untuk menertibkan kehidupan sosial. Contoh: undang-undang hukum pidana, undang-undang hukum perdata.

No comments :

Post a Comment

Pengertian Norma Sosial

No comments
Pengertian Norma Sosial - Untuk mewujudkan suatu keadaan yang diharapkan oleh masyarakat, maka diperlukan adanya suatu peraturan yang menjamin terbentuknya kondisi tersebut. Oleh karena itu, dibuat norma sosial yang mana berisi perintah dan larangan yang dilengkapi dengan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Adanya sanksi yang tegas dimaksudkan agar setiap warga masyarakat dapat bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang ada.

Di dalam hal ini, norma sosial berarti suatu ketentuan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tingkah laku antarindividu. Seiring dengan perkembangan zaman, norma sosial pun mengalami suatu pertumbuhan. Muncullah berbagai macam norma sosial dalam masyarakat seperti norma cara, mode, hukum, adat, dan lain-lain.

Pernahkah kamu berpikir sejak kapan norma sosial itu ada dan bagaimana terbentuknya norma sosial tersebut? Cobalah diskusikan dua pertanyaan di atas dengan teman sebangkumu.

Pengertian Norma Sosial
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan orang lain. Manusia harus berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu aturan yang membatasi tingkah laku setiap mereka. Sehingga terciptanya suatu hubungan yang baik tanpa adanya salah satu pihak yang dirugikan. Tidak dapat dimungkiri bahwa keberadaan norma sosial digunakan sebagai pelindung dari pengaruh-pengaruh negatif atau buruk dari individu lain.

Awalnya, norma sosial merupakan suatu petunjuk yang dipakai oleh beberapa orang saja. Namun, lambat laun petunjuk tersebut di- sepakati secara bersama sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan adanya norma, seseorang tidak dapat bertingkah laku sesuka hatinya dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, adanya norma sosial membuat seseorang berpikir dua kali terhadap tingkah laku mereka dalam masyarakat, terlebih di dalam norma terdapat adanya sanksi yang tegas dan mengikat. Sanksi-sanksi tersebut biasanya berupa teguran, denda, pengucilan, atau hukuman fisik.

Dapat disimpulkan bahwa norma merupakan petunjuk hidup bermasyarakat yang berisi larangan dan perintah untuk tercapainya suatu nilai dalam masyarakat.
 
Seiring dengan perkembangan masyarakat maka norma sosial pun mengalami pertumbuhan. Hal ini dibuktikan dengan munculnya norma-norma sosial baru. Di mana setiap norma-norma sosial mempunyai daya ikat yang berbeda-beda. Berdasarkan daya ikatnya, norma sosial dapat dibedakan menjadi empat macam (Soerjono Soekanto; 1987), yaitu:

a.Norma Cara (Usage)
Penyimpangan norma caraNorma ini lebih menunjuk pada suatu perbuatan di dalam hubungan antarindividu. Norma cara mempunyai daya ikat yang sangat lemah di antara norma-norma lainnya. Penyimpangan terhadap norma ini tidak mengakibatkan hukuman yang berat tetapi hanya sekadar ejekan, celaan, dan cemoohan. Misalnya, seorang laki-laki yang memakai anting di telinga, seorang wanita yang memakai celana jins di acara resmi, dan lain-lain.
Norma Tata Kelakuan (Mores)
b.Norma  Kebiasaan (Folkways)
Norma ini mempunyai kekuatan mengikat lebih tinggi daripada norma cara. Terbentuknya norma kebiasaan berawal dari perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama hingga terbentuklah suatu kebiasaan. Pengulangan tindakan dalam hal ini membukti- kan bahwa perbuatan itu dianggap baik. Contoh: apabila bertemu sahabat lama, kita selalu berjabat tangan atau ketika kita memasuki rumah orang lain, kita selalu permisi dahulu dengan mengetuk pintu.

c.Norma Tata Kelakuan (Mores)
Dalam masyarakat, norma ini digunakan sebagai alat pengawas tingkah laku yang diyakini sebagai norma pengatur. Jadi, tata kelakuan merupakan alat agar para anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-per- buatannya dengan tata kelakuan tersebut. Pada umumnya, tata kelakuan diwujudkan dalam kebiasaan- kebiasaan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat. Oleh karenanya, antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya mempunyai tata kelakuan yang berbeda-beda. Misalnya, dalam suatu masyarakat kegiatan kerja bakti adalah suatu keharusan bagi warga- nya namun pada masyarakat lain memberi kebebasan bagi warganya untuk tidak mengikuti kegiatan ini.

d.Adat  Istiadat (Custom)
Adat  Istiadat (Custom)Norma ini berasal dari aturan nenek moyang yang di- wariskan secara turun-temurun. Oleh karenanya, norma adat istiadat merupakan tata kelakuan yang telah mendarah daging dan berakar kuat dalam masyarakat serta memiliki kekuatan yang mengikat. Pelanggaran terhadap norma akan dikenai sanksi yang keras baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya dalam adat Jawa, jika seorang wanita tengah mengandung dalam usia tujuh bulan, maka harus diadakan upacara tujuh bulan untuk keselamatan bayi dan ibunya. Namun, apabila upacara tersebut tidak dilakukan maka orang tersebut akan dicemooh dan dihina oleh warga masyarakat karena telah dianggap tidak mematuhi norma adat sebagaimana masyarakat lain.


No comments :

Post a Comment

Ciri-Ciri Nilai Sosial

No comments

Ciri-Ciri Nilai Sosial


Ciri-Ciri Nilai SosialSegala sesuatu mempunyai penanda khas atau karakteristik tertentu. Di mana melalui penanda itulah, sesuatu dapat diidentifikasi. Begitu pula dengan nilai sosial. Tidak semua hal atau sesuatu yang baik di mata masyarakat dapat dianggap sebagai nilai sosial. Oleh karena itu, tanda-tanda atau ciri-ciri nilai sosial antara lain (sebagaimana dikutip Abdulsyani; 2002):

a.Nilai merupakan hasil interaksi antaranggota masya- rakat. Nilai tercipta secara sosial bukan secara biologis atau bawaan sejak lahir.

b.Nilai sosial ditularkan di antara anggota-anggota masyarakat  melalui pergaulan.

c.Nilai terbentuk melalui proses belajar yang panjang melalui sosialisasi.

d.Nilai sebagai alat pemuas kebutuhan sosial. Artinya, nilai berfungsi sebagai sarana untuk mencapai cita-cita bersama.

e.Nilai berbeda-beda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain.

f.Masing-masing nilai dapat mempunyai efek yang berbeda terhadap orang perorangan dan masyarakat secara   keseluruhan.

g.Nilai dapat memengaruhi perkembangan pribadi dalam masyarakat baik positif maupun negatif.

h.Nilai merupakan hasil seleksi dari berbagai macam aspek kehidupan di dalam masyarakat.



No comments :

Post a Comment

Jenis-Jenis Nilai Sosial

No comments
Jenis-Jenis Nilai Sosial - Setiap individu mempunyai sesuatu yang dianggap baik dan luhur. Oleh karenanya, perkembangan nilai sosial dalam masyarakat semakin banyak. Banyaknya nilai-nilai sosial yang digunakan sebagai pedoman dalam bertingkah laku, mendorong Prof. Notonegoro mengklasifikasikan nilai-nilai tersebut. Menurut beliau, nilai sosial dikelompokkan menjadi tiga macam  yaitu:

a.Nilai material, merupakan nilai yang muncul karena materi tersebut. Sebagai contoh, batu kali. Secara materi batu kali mem- punyai nilai tertentu. Hal ini disebabkan batu kali dapat diguna- kan untuk membangun sebuah rumah tinggal. Nilai yang yang terkandung dalam batu kali ini dinamakan nilai material.

b.Nilai vital, merupakan nilai yang muncul karena daya kegunaan- nya. Contoh payung. Payung mempunyai kegunaan untuk menaungi tubuh dari air hujan. Apabila payung ini bocor maka nilai kegunaan payung menjadi berkurang. Nilai payung oleh karena kegunaannya dinamakan nilai vital.

c.Nilai kerohanian, bersifat abstrak yang berguna bagi rohani manusia. Menurut beliau, nilai spiritual meliputi nilai kebenaran (kenyataan) yang bersumber dari akal manusia, nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia, nilai kebaikan yang bersumber pada unsur kehendak dan nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan yang bersumber pada kepercayaan/ keyakinan manusia.
Selain itu, apabila dilihat dari segi orientasinya terdapat lima nilai mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu nilai mengenai hakikat hidup, nilai mengenai hakikat karya, nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan sesama, nilai mengenai hubungan manusia dengan alam, serta nilai mengenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang waktu. Kesemua nilai tersebut dicetuskan oleh seorang sosiolog yang juga seorang antropolog yang bernama Clyde Kluckhonn (Arif Rohman dkk.; 2003).

Berdasarkan fungsinya, nilai dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu nilai integratif dan disintegratif.

a.Nilai integratif adalah nilai-nilai di mana akan memberikan tuntutan atau mengarahkan seseorang atau kelompok dalam usaha untuk mencapai cita-cita bersama. Sifat nilai integratif
dalam universal, misalnya sopan santun, tenggang rasa, kepedulian, dan lain-lain.

nilai integratif dan disintegratifb.Nilai disintegratif adalah nilai-nilai sosial yang berlaku hanya untuk sekelompok orang di wilayah tertentu. Jadi, sifat nilai disintegratif adalah lokal dan sangat etnosentris. Oleh karena itu, jika diterapkan pada lingkungan sosial budaya lain akan mengakibatkan konflik sosial, karena terjadi benturan-benturan nilai yang berbeda. Contoh: dalam hal memberi sesuatu kepada seseorang. Orang Prancis menerima atau memberi dengan tangan kiri adalah sesuatu yang wajar, namun bagi orang Indonesia memberi dengan tangan kiri diartikan sebagai penghinaan.


No comments :

Post a Comment

Tolok Ukur Nilai Sosial

No comments

Tolok Ukur Nilai Sosial


Tolok Ukur Nilai SosialSetiap masyarakat mempunyai nilai yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan setiap masyarakat mempunyai tolok ukur nilai yang berbeda-beda pula. Selain itu, perbedaan cara pandang masyarakat terhadap nilai mendorong munculnya perbedaan nilai. Misalnya, suatu masyarakat menjunjung tinggi anggapan tentang waktu adalah uang dan kerja keras. Sedang di masyarakat lain menganggap kedua hal tersebut tidak penting atau dianggap sebagai gejala materialisme.

Contoh lain adalah kebiasaan dan perilaku seorang menjaga kebersihan tubuhnya dengan mandi setiap hari. Tindakan mereka didasarkan pada nilai kebersihan dan nilai kesehatan. Masyarakat menganggap bahwa kebersihan itu baik. Berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah miskin air. Mandi bukanlah hal yang harus dilakukan. Menurut mereka menjaga kebersihan tidak harus dengan mandi.

Dari dua peristiwa di atas, terlihat adanya perbedaan nilai antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Selain itu, tatanan nilai dalam suatu masyarakat dapat mengalami pergeseran atau perubahan.

Tolok Ukur Nilai SosialContoh, dalam keluarga tradisional beranggapan bahwa seorang istri adalah konco wingking suami. Dalam keluarga tradisional, tugas seorang perempuan hanya mengurus keluarga dan melayani suami. Kebebasan perempuan untuk mengembangkan potensi serta berkarier menjadi terbatas. Namun, seiring dengan perkembangan zaman serta me- ningkatnya kebutuhan hidup, keberadaan perempuan mulai diakui. Saat ini peran perempuan tidak terbatas pada ibu rumah tangga. Namun, pekerjaan yang biasa dilakukan oleh laki-laki tidak jarang pula dilakukan oleh kaum hawa ini. Lantas, apa yang menjadi tolok ukur suatu nilai dalam masyarakat? Suatu nilai dapat tetap dipertahankan apabila nilai tersebut mempunyai daya guna fungsional, artinya mempunyai kebermanfaatan bagi kehidupan masyarakat itu sendiri, seperti pada contoh di atas. Dengan kata lain, tolok ukur nilai sosial ditentukan dari kegunaan nilai tersebut. Jika berguna dipertahankan, jika tidak akan terbuang seiring dengan berjalannya waktu sebagaimana dikutip Arif Rohman dkk.; 2003).

No comments :

Post a Comment

Pengertian Nilai Sosial

No comments

Pengertian Nilai Sosial


Pengertian Nilai SosialSetelah melihat gambar di samping, apa yang dapat kamu pahami? Apa kaitan tugas polisi lalu lintas tersebut dengan nilai sosial? Nilai dalam hal ini, bukanlah angka yang menunjukkan ukuran tertentu mengenai sesuatu. Misalnya nilai 8, 9, atau 10 dalam matematika. Atau nilai akhir pertandingan sepak bola 1 : 0 antara Inggris dan Paraguay dalam Piala Dunia. Namun, nilai dalam arti sosiologi merupakan sesuatu yang dianggap baik dan diharapkan oleh masyarakat. Ketaatan, keramahan, ke- sopanan, kecantikan jiwa, kebersihan, dan keindahan merupakan beberapa contoh nilai sosial dalam kacamata sosiologi. Dengan kata lain, nilai sosial adalah ukuran- ukuran, patokan-patokan, anggapan-anggapan, keyakinan- keyakinan, yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta dianut oleh banyak orang dalam lingkungan masyarakat mengenai apa yang benar, pantas, luhur, dan baik  untuk dilakukan.

Pengertian Nilai SosialSetiap masyarakat mempunyai tata nilai berbeda-beda. Nilai-nilai sosial merupakan aktualisasi dari kehendak masyarakat mengenai segala sesuatu yang dianggap benar dan baik. Menurut Soeleman, nilai- nilai juga memberikan perasaan identitas masyarakat dan menentukan seperangkat tujuan yang hendak dicapai. Oleh karenanya, nilai sosial secara umum dapat dinyatakan sebagai keyakinan relatif kepada yang baik dan buruk, yang benar dan salah, kepada apa yang seharusnya ada dan apa yang seharusnya tidak ada. Kemudian pengertian tersebut dipertegas kembali oleh Polak. Beliau mengemukakan bahwa nilai dimaksudkan sebagai ukuran-ukuran, patokan-patokan, anggapan- anggapan, keyakinan-keyakinan tertentu, mengenai apa yang benar, pantas, luhur dan baik untuk dikerjakan, dilaksanakan atau diperhati- kan.

Selain pengertian tersebut, terdapat pula beberapa pengertian nilai sosial menurut para ahli. Charles F. Andrian misalnya mengarti- kan nilai sosial sebagai konsep-konsep yang sangat umum mengenai sesuatu yang ingin dicapai serta memberikan arah tindakan-tindakan yang harus diambil. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai sosial adalah anggapan-anggapan umum yang ada dalam alam pikiran masyarakat dan menjadi acuan dalam bersikap dan bertingkah laku.

nilai sosial dalam masyarakat bersumber pada TuhanSetelah memahami beberapa pengertian di atas, pernahkah kamu merenungkan mengapa nilai ada dalam masyarakat? Atau dari manakah asal nilai itu? Apakah secara tiba-tiba muncul dalam masyarakat kemudian disepakati bersama sebagai nilai? Atau adakah langkah-langkah yang sistematis dan prosedural serta melewati waktu yang lama untuk menempatkan sesuatu menjadi sebuah nilai dalam masyarakat?

Pada intinya, adanya nilai sosial dalam masyarakat bersumber pada tiga hal yaitu dari Tuhan, masyarakat, dan individu.

a.Nilai yang Bersumber dari   Tuhan
Sumber nilai sosial berasal dari Tuhan biasanya diketahui melalui ajaran agama yang ditulis dalam kitab suci. Dalam ajaran agama, terdapat nilai yang dapat memberikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku terhadap sesamanya. Sebagai contoh, adanya nilai kasih sayang, ketaatan, kejujuran, hidup sederhana, dan lain- lain. Nilai yang bersumber dari Tuhan sering disebut nilai theonom.

b.Nilai  yang  Bersumber  dari Masyarakat
Masyarakat menyepakati sesuatu hal yang dianggap baik dan luhur, kemudian menjadikannya sebagai suatu pedoman dalam bertingkah laku. Sebagai contohnya, kesopanan dan kesantunan terhadap orang tua. Nilai yang berasal dari hasil kesepakatan banyak orang disebut nilai heteronom.

c.Nilai  yang  Bersumber  dari Individu
Nilai  yang  Bersumber  dari IndividuPada dasarnya, setiap individu memiliki sesuatu hal yang baik, luhur, dan penting. Sebagai contohnya, kegigihan dalam bekerja yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang beranggapan bahwa kerja keras adalah sesuatu yang penting untuk mencapai suatu ke- suksesan/keberhasilan. Lambat laun nilai ini diikuti oleh orang lain yang pada akhirnya akan menjadikan nilai tersebut milik bersama. Dalam kenyataannya, nilai sosial yang berasal dari individu sering ditularkan dengan cara memberi contoh perilaku yang sesuai dengan nilai yang dimaksud. Nilai yang berasal dari individu disebut nilai otonom.



No comments :

Post a Comment